Abdurrahman El Husaini

Januari 6, 2009

abdurrahmanjpegAbdurrahman El Husaini, lahir di Puruk Cahu Kalimantan Tengah, 1 Januari 1965. Di samping menulis puisi juga menulis essay sastra. Karya-karyanya tersebar di Dinamika Berita (sekarang Kalimantan Post), Banjarmasin Post, dan Radar Banjarmasin dan antologi bersama Ragam Jejak Sunyi Tsunami Departemen Pendidikan Nasional Pusat Bahasa Balai Bahasa Sumatera Utara Medan 2005, Taman Banjarbaru 2006 dan Seribu Sungai Paris Barantai 2006. Sekarang menetap di “kota intan” Martapura, Kalimantan Selatan.


Doa seorang musafir

Januari 6, 2009

Abdurrahman El Husaini

 

AllahuAkbar

Bermula dari takbir yang menyamakan gerak dan puja-puji

Kami bersimpuh di haribaanMu wahai Tuhan sekalian alam

Karena sesungguhnya

Kami hina di hadapanMu

Ya Rabbi yang Maha Mulya

Kami lemah di hadapanMu

Ya Rabbi yang Maha Kuat

Kami miskin di hadapanMu

Ya Rabbi yang Maha Kaya

 

Ya Allah

Ya Karim

Ya Qawi

Ya Ghani

Ya Allah

 

Tinggikanlah derajat kami

Kuatkanlah iman dan islam kami

Kayakanlah hati kami

 

Ya Allah

Yang Maha Pengabul segala doa

Amin

 

 

Banjarbaru 06/07/08


Akrostid in meditation

Januari 6, 2009

 

 

Abdurrahman El Husaini


Rasa rindu ini

Akan kureguk sehabis-habisnya ampas

Hingga laut tawar rasanya

Mabukku mabukku mabukku mabukku mabukku

Akan terus kukunyah hingga limbung tubuhku seperti

Nyanyian doa yang enggan menggapai puncak amin

 

Rahman

Tuntaskan dahagamu

Selagi Tuhan menuangkan anggurNya ke dalam gelasmu

 

Banjarbaru 2008


Air mata legenda

Januari 6, 2009

Abdurrahman El Husaini

 

Air matamu

Air mataku

Melelehkan getah legenda

 

Pulanglah batu

Air mata membilas mulut busuk ini

 

Pulanglah batu

Engkau masih anakku

 

Pulanglah batu

Surga di bawah telapak kaki ini masih milikmu

 

Air mataku

Air matamu

Melelehkan getah legenda

 

Banjarbaru 2008


Tangisan batu

Januari 6, 2009

Abdurrahman El Husaini


Andai dulu aku tidak merantau

Kita akan selalu hidup bersama

Tapi kini aku batu, ibu.

 

Andai dulu aku menikah dengan gadis pilihanmu

Engkau tentu sudah menimang cucumu

Tapi kini aku batu,  ibu.

 

Andai dulu aku tidak durhaka

Dan engkau tidak berdoa

Dan Tuhan tidak mengutukku

Dan aku masih anakmu

Tapi kini aku batu,  ibu.

 

Tuhan jangan Kau pindahkan surga itu dari telapak kaki ibuku

Meski kini aku batu


Membaca Jejak Gerimis

Januari 6, 2009

Abdurrahman El Husaini


(bagi Mochtar Lubis yang pergi duluan)

 

Berpuluh-puluh tahun

Kubaca jejak gerimis

Dalam perjalanan nafas anak cucu Adam

Dalam kitab perjanjian nasib

Dari tangis pertamamu

Kulihat perahumu bertambat di dermaga waktu

Diam menerjemahkan makna keabadian

 

Lukisan sudah sempurna

Lukisan sudah sempurna

Lukisan sudah sempurna

Lukisan sudah sempurna

Lukisan sudah sempurna

 

Kuartikan senyummu

Pada gerak pena kami

Gemetar merajah doa

Di pintu kembali

Saat

Jasadmu

Melayang

Disembahyangkan

Waktu

 

Pasayangan,030704.